Tadabbur vs Tafsir: Memahami Tanpa Menyalahi

Ariska HidayatAriska Hidayat
5 min read

“Boleh nggak sih kita memahami Al-Qur’an sendiri?”

Pertanyaan ini sering muncul di tengah masyarakat. Ada yang takut salah, ada yang merasa belum cukup ilmu, bahkan ada yang langsung mengutip hadis:

"Barang siapa berkata tentang Al-Qur’an menurut pendapatnya sendiri, maka ia telah keliru, meskipun ia benar."
**(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan lainnya)

Lalu apakah ini berarti kita tidak boleh merenungi makna Al-Qur’an tanpa guru tafsir?

Mari kita luruskan…


Apa Itu Tafsir?

Tafsir adalah ilmu untuk menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan kaidah ilmu yang ketat: bahasa Arab, asbabun nuzul, nasikh-mansukh, hadis, pendapat sahabat, dan sebagainya.

Tafsir butuh otoritas dan keilmuan. Maka dari itu, tafsir dilakukan oleh ulama yang punya keahlian dan sanad keilmuan yang jelas. Karena itu, berkata "menurut saya, ayat ini artinya begini…” tanpa dasar ilmu, itulah yang dilarang dalam hadis di atas.


Apa Itu Tadabbur?

Tadabbur adalah merenungkan, memperhatikan, dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Al-Qur’an. Tadabbur adalah ibadah hati yang diperintahkan langsung oleh Allah:

“Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur'an?” (QS. An-Nisa: 82)

Tadabbur bukan menafsirkan, tapi merenungi hikmah dan petunjuk dari ayat, sesuai konteks hidup masing-masing, tanpa keluar dari makna yang sudah dijelaskan oleh para ulama tafsir.


Perbedaan Tadabbur dan Tafsir

Aspek

Tafsir

Tadabbur

Tujuan

Menjelaskan makna ayat dengan ilmu

Mengambil pelajaran dan membangun kesadaran hati

Syarat

Harus punya keahlian dan ilmu tafsir

Tidak harus alim, tapi harus hati-hati

Boleh bagi awam?

Tidak tanpa ilmu dan bimbingan

Ya, selama tidak mengubah makna atau menafsirkan sendiri

Contoh

“Ayat ini turun karena kejadian X…”

“Ayat ini mengingatkanku untuk memperbaiki sholatku…”


Pesan Ulama Salaf tentang Tadabbur

Para salaf terdahulu sangat menekankan pentingnya tadabbur. Bagi mereka, membaca Al-Qur’an tanpa tadabbur seperti makan tanpa rasa, atau seperti surat yang tak dibuka.

🌿 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:

"Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati dibandingkan membaca Al-Qur’an dengan tadabbur dan tafakkur. Hal itu dapat melahirkan cinta, rasa takut, tawakal, dan pengharapan kepada Allah.”
**(Al-Fawā’id)

🌿 Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:

“Demi Allah, bukanlah membaca Al-Qur’an itu dengan menghafal huruf-hurufnya namun menyia-nyiakan batasan-batasannya. Bahkan seseorang bisa berkata, 'Aku telah membaca seluruh Al-Qur’an,' padahal tidak tampak sedikit pun pengaruhnya pada akhlak dan amalnya.”
**(Az-Zuhd li Ahmad, 1/253)

🌿 Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

"Jika kalian mendengar firman Allah: 'Wahai orang-orang yang beriman', maka dengarkanlah dengan baik. Karena bisa jadi itu adalah perintah yang harus kalian lakukan, atau larangan yang harus kalian jauhi.”

🌿 Syaikh as-Sa'di rahimahullah menulis:

“Tadabbur Al-Qur’an adalah kunci segala ilmu dan sumber segala kebaikan di dunia dan akhirat.”
**(Tafsir As-Sa'di, pengantar)


Ciri-ciri Tadabbur yang Diridhai Allah

Bukan setiap orang yang sering menyebut “tadabbur” berarti Allah ridha dengan amalnya. Tadabbur bisa menjadi pintu petunjuk, tapi juga bisa jadi jalan kesesatan jika dijalankan tanpa rasa takut kepada Allah.

Berikut ciri-ciri tadabbur yang diridhai Allah:

  1. Mendorong taubat dan perubahan diri, bukan hanya bahan konten atau wacana.

  2. Meningkatkan rasa takut, harap, dan cinta kepada Allah, bukan sekadar kagum akan kecerdasan sendiri.

  3. Mendorong amal nyata, bukan hanya bahan postingan atau diskusi filosofis.

  4. Sesuai dengan pemahaman para ulama salaf, bukan hasil rekaan pribadi.

  5. Membuat hati tunduk dan merasa hina di hadapan Allah, bukan merasa lebih tahu dari yang lain.

  6. Tidak digunakan untuk membenarkan hawa nafsu, kelompok, atau ideologi.

  7. Tidak mengukur keberhasilan dari jumlah harta, pengikut, atau pujian manusia. Karena Allah berfirman:

    “Janganlah kamu terperdaya oleh orang-orang yang kafir yang berkelimpahan dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara…” (QS. Ali Imran: 196–197)

Para ulama salaf tak dikenal dengan followers-nya, tapi dikenal karena ketulusannya. Mereka menangis karena satu ayat, bukan karena jumlah views.


Tanggapan untuk yang Takut Memahami Al-Qur’an Tanpa Guru

Takut salah itu bagus. Tapi jangan sampai takut membuat kita menjauh dari Al-Qur’an.

Para sahabat pun bukan semuanya ulama besar. Tapi mereka dekat dengan Al-Qur’an, membaca, menangis, dan berubah karenanya. Itulah tadabbur.

Bersikap amanah dalam tadabbur artinya:

  • Tidak sok tahu dan mengganti makna ayat

  • Tidak menyimpulkan hukum sendiri

  • Tidak menyesatkan orang dengan pemahaman pribadi

Tapi merenungi ayat untuk memperbaiki diri, itu justru bentuk ketaatan dan cinta kepada Al-Qur’an.


🌿 Kalau kita kagum dengan hasil tadabbur, bolehkah membagikannya ke orang lain?

Jawaban singkatnya: boleh, bahkan bisa berpahala—asal niat dan caranya benar.

Allah berfirman:

"Dan sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu…” (QS. Al-Ma'idah: 67)

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sampaikan dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhari)

Jadi, membagikan tadabbur itu bagus selama kita menjaga:


✅ Niat yang benar

  • Tujuannya bukan untuk pamer "aku paham Al-Qur’an"

  • Bukan supaya konten kita viral

  • Tapi murni ingin:

    • Mengingatkan diri sendiri

    • Menyampaikan kebaikan

    • Meningkatkan cinta orang pada Al-Qur’an

✅ Bahasa yang aman dan jujur

Daripada berkata:

"Ayat ini maksudnya begini loh..."

Lebih baik pakai kalimat:

  • "Saya merasa ayat ini menegur saya dalam hal..."

  • "Saya jadi kepikiran begini setelah baca ayat ini..."

  • "Semoga tadabbur kecil ini bermanfaat untuk hati kita..."

Ini menunjukkan kita merenung, bukan menafsirkan.

✅ Menjaga diri dari merasa 'lebih tahu'

Jangan merasa diri spesial karena bisa tadabbur. Bisa jadi yang kita bagikan adalah teguran untuk kita sendiri, bukan peluru untuk orang lain.


💡 Perumpamaan sederhana:

Kalau kamu minum air segar dari sumur Al-Qur’an, dan kamu merasa segar, bahagia, dan ingin kasih tahu orang lain, itu bagus banget!
Asal kamu nggak bilang, “Ini airku”, tapi bilang, “Ini dari sumur Allah, aku juga cuma ikut minum.”


🪞 Pesan salaf: Tadabbur itu untuk menundukkan hati, bukan meninggikan diri

Imam Ibnul Qayyim berkata:

"Hendaknya setiap orang yang membaca Al-Qur’an menempatkan dirinya seakan-akan sedang menerima wahyu langsung dari Allah."

Kalau kita punya rasa ini, maka tadabbur yang kita bagikan akan mengalirkan ketundukan, bukan kesombongan.


🤲 Jadi… Bagikan tadabbur dengan hati-hati, bukan dengan takut

Bukan takut salah yang membungkammu, tapi rasa takut kepada Allah yang membimbingmu.

Dan ingat, kadang satu tadabbur sederhana yang kamu bagikan bisa menghidupkan hati orang lain, meski kamu sendiri sedang merasa lemah.

Kalau kamu mau, kita bisa susun template atau caption rutin untuk media sosial kamu yang ingin mengajak orang merenung bersama tanpa terkesan menggurui. Mau?

Penutup: Tadabbur adalah Jalan Cinta

Allah turunkan Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca atau dijadikan bahan kajian berat. Tapi untuk dihayati dan diamalkan.

“Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka mentadabbur ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”
(QS. Shad: 29)

Jadi, tadabbur bukan tafsir, tapi juga bukan pilihan. Ia adalah perintah.
Dan perintah ini berlaku untuk semua hamba yang ingin dekat dengan Rabb-nya.

0
Subscribe to my newsletter

Read articles from Ariska Hidayat directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.

Written by

Ariska Hidayat
Ariska Hidayat

I am an enthusiastic researcher and developer with a passion for using technology to innovate in business and education.