Manusia Multikultural

Bagaimana rasanya menjadi multi-cultural? Bukan company, bukan daerah, tapi tentang diri sendiri. Ketika kita bertemu dengan orang berbagai negara dan budaya sejak kecil.
Aku dibesarkan oleh orangtua Jawa Tulen.
Meskipun ibuku lahir di Lampung, tapi kakek nenek transmigran dari Jatim.
Ayah dari Jateng.
Tipikal orang Jawa kan orangnya alus (arti : halus) ya.
Peka dengan sekitar, ga enakan, sopan, suara lembut, ramah.
Tapi ayah pernah kerja di Saudi sebagai perawat selama 14 tahun. Terbiasa menghadapai orang Saudi yang keras, watak ayah juga ikut berubah, menjadi tegas, suara keras, dan to the point.
Sedangkan aku?
Pernah tinggal di Saudi juga waktu TK-SD. Tapi ga pernah punya teman orang Saudi. Rata-rata temanku dari Mesir, Bangladesh, Pakistan, ada juga dari Filipina dan Afrika.
Entah kerasukan apa, setelah menjalani SMP-SMA di Indonesia, aku pingin ke luar negeri lagi, bukan ke Arab, tapi ke Jepang. Sebuah negara yang 180 derajat beda sama Arab.
Tapi Alhamdulillah aku ga kesulitan menyesuaikan diri karena karakter orang Jepang mirip orang Jawa, bedanya mereka lebih peka, lebih sopan dan bahasanya memiliki lebih banyak makna tersirat.
Enak ga jadi orang multicultural?
Pro :
1. Jadi lebih mudah beradaptasi dimana aja.
2. Mudah berteman dengan siapa saja.
3. Tidak rasis, karena sudah biasa menghadapi perbedaan sejak kecil.
4. Selalu berusaha memahami perilaku orang berdasarkan background dia, berusaha tidak ngejudge.
Kontra :
1. Butuh waktu untuk menyesuaikan sekitar. Karena sedari kecil berhadapan dengan budaya yang beda-beda, butuh waktu untuk mengambil sikap ketika berada di lingkugan baru. Ga bisa serta merta menyama-ratakan sikap satu untuk semua.
Misal, kalau kita mudah tersenyum sama orang ga dikenal di Saudi itu dianggap sebagai centil atau menggoda. Sedangkan kalau di Indonesia dianggap ramah. Kebalikannya, kalau di Indonesia kita tidak tersenyum, dianggap sombong.
Yang orang bilang "Common sense" atau "当たり前な事" itu menurutku sesuatu yang sangat subjektif dan bisa berbeda tergantung tempatnya. Agak sebel ketika ada orang bilang "Masa gini aja ga tau" 😅
Coba kalau dia ada di posisiku ketika sering pindah tempat, mungkin dia juga akan kaget mengetahui apa yang lazim disini bukan berarti lazim disana.
So, biasanya aku memerhatikan sekitar dulu, memahami perilaku orang, baru berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Kira-kira apalagi yang biasanya orang alami ketika jadi multicultural ya?
(38/100)
Subscribe to my newsletter
Read articles from Fia Lutfiani directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.
Written by
