Memperbaiki dunia ini dimulai dari pemudanya

Fia LutfianiFia Lutfiani
2 min read

Memperbaiki dunia ini dimulai dari memperbaiki pemudanya.

Melanjutkan postingan yang lalu, bahwa cara dunia ini bekerja berdasarkan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Baik itu memahami negara kita tercinta, atau memahami dunia ini secara keseluruhan.

Jika kita membaca sejarah, kadang suka kagum bagaimana dulu pernah ada masa dimana masyarakat sangat makmur, hingga baitul maal masih utuh karena sudah tidak ada orang miskin lagi yang layak diberi sedekah. Bagaimana keadilan bisa ditegakkan dan manusia bisa hidup sesuai fitrahnya.

Tentu yang kubahas disini adalah zaman keemasan islam. Karena sekarang, meskipun ada negara yang disebut negara maju, tapi mereka menganut paham-paham yang membuat hati kita tidak tenang : LGBT, pergaulan bebas dan segala aktifitas yang diatas-namakan 'kebebasan' tapi kelewat batas, tidak sesuai fitrah manusia.

Fitrah manusia artinya apa? Kesucian, karena kita lahir di dunia ini dalam keadaan suci, dan memiliki potensi menyukai segala sesuatu yang 'baik'. Bagaikan robot yang memiliki setting default oleh pembuatnya, kita juga memiliki setting default dari Pencipta kita, tapi berubah tergantung apa yang kita lihat dan kita dengar, seperti AI.

Tak hanya itu, banyak juga pencuri kelas kakap yang memuaskan keserakahannya, penguasa yang menyalahgunakan kekuasaannya, dan lain sebagainya.

Di dunia yang terasa begitu gelap dan hanya ingin mengeluh, ada ga ya hal yang bisa kita ubah dengan tangan kita sendiri?

Sambil memikirkan itu, tiba-tiba ada seseorang yang baru kukenal dari pengajian, menawariku untuk membuat komunitas pemuda masjid di masjid yang ia miliki.

Berasa seperti ditantang sama Allah, "Coba, kamu yang selama ini mengeluh, kalau aku kasih kamu kesempatan ini kamu manfaatin ga? Atau hanya OMDO"

Dengan perasaan mantap, aku ambil kesempatan itu, meskipun masih banyak yg perlu kupelajari. Bismillah...

Tanggal 7-9 Maret kemarin, weekend pertama Ramadhan, kita mengadakan event Muslim Youth Festival selama 3 hari, sebagai acara perdana.

Hari ke-1 : Peran Pemuda dalam peradaban islam (Belajar dari sejarah)
Hari ke-2 : Tips menjadi pemuda yang berperan dan berdaya (Lalu apa yang bisa kita lakukan sekarang?)
Hari ke-3 : Time to Move On : Dari Beban menjadi Harapan (Contoh pemuda yang berdaya, pembicara seorang mahasiswa yang sudah bekerja jadi software engineer)

Kata mentorku, dari sisi materi sudah menarik, hanya kurang di soundsystem. Mayoritas dari orang yang datang karena menunggu takjil masjid, tapi jika ada 1 - 2 orang yang mendengarkan dan bisa mengubah hidup mereka itu sudah cukup sebagai permulaan.

Mungkin jalannya agak terjal, tapi bismillah, semoga Allah muluskan.

(41/100)

0
Subscribe to my newsletter

Read articles from Fia Lutfiani directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.

Written by

Fia Lutfiani
Fia Lutfiani