Manusia: Makhluk Lupa, Salah, dan Terbatas

Ariska HidayatAriska Hidayat
2 min read

Allah menciptakan manusia bukan sebagai makhluk sempurna, tetapi sebagai makhluk yang penuh keterbatasan. Di antara sifat manusia yang paling mendasar adalah: lupa, salah, dan lemah. Bukan karena Allah ingin merendahkan manusia, tetapi karena itulah bagian dari kehormatan dan hikmah penciptaan.

1. Manusia Diciptakan Pelupa

"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, tetapi ia lupa; dan Kami tidak mendapatinya mempunyai kemauan yang kuat."
(QS. Thaha: 115)

Lupa adalah tabiat manusia. Bahkan Nabi Adam pun lupa. Dari lupa inilah muncul kebutuhan untuk diingatkan, untuk belajar, untuk bergantung kepada wahyu. Tanpa lupa, manusia bisa merasa cukup tanpa petunjuk. Maka lupa adalah pintu kerendahan hati.

2. Manusia Diciptakan Bersalah

"Setiap anak Adam pasti berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat."
(HR. Tirmidzi)

Allah tidak menciptakan manusia seperti malaikat yang selalu taat. Allah menciptakan manusia untuk mengalami salah, lalu kembali kepada-Nya. Maka kesalahan bukan untuk dikecam tanpa harapan, tapi untuk dijadikan jalan pulang menuju Allah. Di situlah letak keindahan taubat.

3. Manusia Diciptakan Lemah dan Terbatas

"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia diciptakan bersifat lemah."
(QS. An-Nisa: 28)

Ilmu manusia terbatas. Daya manusia terbatas. Bahkan hidup manusia pun sangat terbatas. Namun dari keterbatasan ini, manusia didorong untuk mengenal yang Maha Tak Terbatas — yaitu Allah ﷻ.


Kesempurnaan Allah Tampak dari Ketidaksempurnaan Makhluk

Seandainya manusia diciptakan tanpa lupa, tanpa salah, dan tanpa keterbatasan, maka:

  • Tidak ada ruang untuk rahmat dan ampunan Allah.

  • Tidak ada kebutuhan akan wahyu dan nabi.

  • Tidak ada makna dari taubat, sabar, syukur, dan doa.

Justru dengan ketidaksempurnaan inilah, Allah memperlihatkan kesempurnaan rububiyah-Nya: bahwa Dia-lah satu-satunya tempat bergantung, tempat kembali, tempat berharap.


Penutup: Jangan Takut Salah, Tapi Takutlah Jika Tak Mau Kembali

Kesalahan adalah bagian dari fitrah. Yang membedakan orang mulia dan orang celaka bukanlah siapa yang tidak pernah salah — tapi siapa yang mau kembali ketika salah.

Semoga kita termasuk golongan yang rendah hati mengakui keterbatasan, dan senantiasa kembali kepada Allah dengan harapan dan taubat.

"Ya Allah, jangan Engkau serahkan kami kepada diri kami sendiri walau sekejap mata pun."
(Doa Nabi ﷺ)

doa tersebut sudah terdapat pada zikir pagi dan petang (mat’surat)

Sumber: AI

0
Subscribe to my newsletter

Read articles from Ariska Hidayat directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.

Written by

Ariska Hidayat
Ariska Hidayat

I am an enthusiastic researcher and developer with a passion for using technology to innovate in business and education.