Hidup di Tengah Persaingan: Untukmu yang Terus Berjuang Menghidupi Keluarga


Di pojok pasar yang makin sepi.
Di pinggir jalan yang makin padat saingan.
Ada bapak penjual sate yang tiap hari berangkat tanpa tahu pulang bawa berapa.
Ada ibu penjual soto yang akhirnya menutup warung karena tak sanggup lagi beli bahan, apalagi bayar listrik.
Hidup di tengah persaingan itu perih.
Apalagi saat yang dijual adalah harapan.
Sementara pembeli datang tak seberapa, dan kebutuhan datang tanpa henti.
Bertahan Saat Tak Ada yang Pasti
Di negeri ini, yang terasa aman hanyalah mereka yang berseragam: PNS, pejabat, atau pegawai tetap.
Tapi bagaimana dengan kita, para pedagang kaki lima? Freelancer? Tukang servis, ojol, guru honorer, atau pemilik warung kecil?
Hidup kita tidak punya jaminan. Tidak ada pensiun, tidak ada gaji tetap.
Yang ada hanya usaha hari ini untuk bisa makan besok pagi.
Tapi justru di situlah letak kemuliaan kita.
Kita tidak diam menunggu nasib.
Kita bergerak. Kita berikhtiar. Kita tidak menyusahkan orang lain.
Meski terkadang kualitas usaha menurun karena kepepet modal, kita tetap ingin menjual dengan jujur, tak ingin menipu rasa.
Dan saat warung harus tutup, bukan karena malas. Tapi karena perih menahan beban yang tak mampu lagi ditanggung.
Bukan Hasil yang Menentukan Nilai Hidup, Tapi Usaha Tanpa Putus
Wahai penjual yang kini mulai ragu.
Wahai pencari nafkah yang mulai ingin menyerah.
Ingatlah, bahwa Allah menilai bukan dari hasil, tapi dari usaha yang tak henti.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
"Jika kamu benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi rezeki kepadamu sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang."
(HR. At-Tirmidzi)
Burung saja yang tak punya toko, tak punya tabungan, tak bisa membuat iklan — bisa kenyang tiap hari.
Maka kita pun, selama terus berusaha, tidak akan dibiarkan mati kelaparan.
Bukan karena hebatnya kita, tapi karena sayangnya Allah.
Jalan Rezeki Tak Selalu Lurus – Tapi Selalu Ada
Jangan terpaku pada satu usaha.
Kalau warung nasi belum cukup, mungkin bisa jualan online kecil-kecilan.
Kalau dagangan belum laku, mungkin bisa ikut proyek harian, bantu tetangga, atau belajar keahlian baru.
Karena Allah tidak pernah menutup jalan rezeki.
Hanya saja kadang jalan itu tidak lurus dan tidak selalu di tempat yang kita mau.
Yang penting tetap jaga hati dari iri.
Tetap jaga mulut dari keluh.
Dan tetap jaga tangan dari meminta pada manusia.
Untukmu Para Pejuang Nafkah – Kalian Lebih Mulia dari yang Kalian Sangka
Bukan gelar yang membuatmu mulia.
Bukan jabatan, bukan penghasilan besar.
Tapi niat tulus dan kerja keras demi keluarga, demi anak-anak, demi harga diri.
Setiap peluhmu saat mendorong gerobak,
Setiap letihmu saat mengajar dengan gaji tak seberapa,
Setiap tangismu dalam doa di malam hari...
Itu semua disaksikan oleh Allah.
Dan itu cukup untuk membuat malaikat bangga atas namamu.
Teruslah berjuang. Meski dunia tak tahu, langit pasti mencatat.
Semoga Allah kuatkan langkahmu, lapangkan rezekimu, dan bahagiakan keluargamu dengan keberkahan.
Untukmu, para pahlawan tanpa panggung.
Engkau bukan siapa-siapa di mata dunia,
Tapi mungkin, engkaulah yang paling berharga di sisi Tuhan.
Subscribe to my newsletter
Read articles from Ariska Hidayat directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.
Written by

Ariska Hidayat
Ariska Hidayat
I am an enthusiastic researcher and developer with a passion for using technology to innovate in business and education.