Kepemimpinan yang Sunyi: Saat Kemenangan Besar Lahir dari Perjuangan Diam-Diam

Ariska HidayatAriska Hidayat
6 min read

"Behind every big win is a quiet fight."

Banyak pemimpin tampak hebat di luar. Mereka bicara dengan percaya diri, mengambil keputusan besar, dan mencetak kemenangan yang menginspirasi. Tapi di balik semua itu, ada sisi gelap kepemimpinan—sebuah ruang sunyi penuh tekanan, keraguan, dan kelelahan—yang jarang dibicarakan.

Sebuah riset menunjukkan:
🟠 87% pemimpin mengatakan mereka baik-baik saja,
Namun mayoritas dari mereka menyimpan perjuangan yang tak pernah diceritakan.

Ini bukan sekadar statistik. Ini adalah potret realitas yang sering luput dari perhatian: kepemimpinan itu sepi, berat, dan bisa sangat menyakitkan.


1️⃣ Kesepian di Puncak

“Banyak yang tahu nama Anda, tapi sedikit yang benar-benar mengenal Anda.”

📊 61% pemimpin merasa sendirian dalam perannya. Mereka menanggung beban keputusan, menjaga arah visi, menjadi tempat bergantung—namun tak punya tempat bersandar.

👉 Perubahan dimulai dari keberanian untuk membangun koneksi yang jujur, bukan sekadar jaringan yang formal.

Seperti kata Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu:

"Teman sejati adalah yang menasihatimu ketika kamu lalai dan membelamu saat kamu terzalimi."
(Adabul Mufrad no. 373)

Seorang pemimpin butuh sahabat yang jujur, bukan hanya pengikut yang memuja. Kesepian adalah ujian, tapi Allah selalu ada bagi hamba-Nya yang kembali.

💡 Kisah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu
Umar sering berjalan malam hari sendirian untuk melihat keadaan rakyatnya.
Suatu malam ia mendengar tangisan anak-anak karena lapar. Ibunya memasak air kosong agar anaknya tertidur.
Umar langsung mengangkut gandum sendiri, dan berkata:

"Celaka aku jika aku lalai atas mereka. Apa yang akan aku jawab di hadapan Rabbku nanti?"

Islam ajarkan pemimpin untuk tidak hanya hadir saat senang, tapi ikut merasakan susahnya rakyat.


2️⃣ Sindrom Impostor: Meragukan Diri Sendiri

“Memimpin di luar, tapi meragukan diri di dalam.”

📊 75% pemimpin puncak mengalami impostor syndrome. Ada jurang antara gelar dan harga diri. Rasa tidak layak diam-diam menghantui.

👉 Kita perlu membedakan antara ketidaksempurnaan dan ketidaklayakan. Kita tak harus sempurna untuk bisa berdampak.

Padahal dalam Islam, posisi kepemimpinan adalah amanah, bukan soal pantas atau tidak, tapi soal seberapa sungguh kita menjaga dan memperbaikinya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."
(HR. Bukhari no. 893 & Muslim no. 1829)

Jadi bukan soal layak atau tidak, tapi tentang bagaimana kita bertanggung jawab dan memperbaiki diri sepanjang amanah itu di tangan.

💡 Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu
Saat diangkat menjadi khalifah, Abu Bakar berkata di mimbar:

"Aku telah diangkat memimpin kalian, padahal aku bukan yang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik, bantu aku. Jika aku salah, luruskan aku."

Islam ajarkan, bahwa pemimpin sejati tak boleh mabuk pujian, dan harus terbuka dikoreksi.


3️⃣ Decision Fatigue: Kelelahan Mengambil Keputusan

“35.000 pilihan per hari. Beberapa kecil, beberapa mengubah hidup.”

Kepemimpinan adalah seni memilih, tapi juga sumber terkikisnya energi mental dan emosional.

👉 Saatnya membangun sistem keputusan yang sehat: delegasi, jeda, dan kepercayaan. Bukan semua harus diselesaikan hari ini.

Kita bisa lelah, karena manusia memang diciptakan lemah:

"Manusia diciptakan dalam keadaan lemah."
(QS. An-Nisa: 28)

Tapi Allah juga memberikan solusi:
istighfar, shalat, dan syura (musyawarah).

Karena itulah Rasulullah ﷺ meskipun seorang Nabi, tetap bermusyawarah dengan sahabatnya.

💡 Kisah Umar bin Khattab
Saat harus memutuskan eksekusi terhadap seorang gubernur, Umar tak bisa tidur semalaman.

“Seandainya aku tidur, aku takut lalai atas hak-hak umat Muhammad. Dan seandainya aku tidak tidur, badanku lemah untuk memikul beban amanah ini.”

Betapa Islam mengajarkan, bahwa keputusan seorang pemimpin tak hanya berdampak di dunia, tapi juga dipertanggungjawabkan di akhirat.


4️⃣ Work-Life Imbalance: Ketidakseimbangan Hidup

“Kerja menang. Rumah menunggu.”

📊 68% pemimpin bekerja lebih dari 10 jam di akhir pekan. Kehadiran di rumah menjadi “kemewahan”, bukan prioritas.

👉 Redefinisikan sukses: bukan hanya pencapaian di luar, tapi kehadiran penuh di dalam rumah.

Padahal Nabi ﷺ mengajarkan keseimbangan.
Diriwayatkan dari Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu:

"Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak atasmu, jiwamu memiliki hak atasmu, keluargamu memiliki hak atasmu, maka berikanlah hak kepada masing-masingnya."
(HR. Bukhari no. 1968)

Kemenangan di kantor tak seharusnya dibayar mahal dengan kekalahan di rumah.

💡 Kisah Rasulullah ﷺ
Meski sibuk sebagai Nabi, pemimpin negara, panglima perang, beliau tetap menyempatkan waktu bermain dengan cucunya Hasan dan Husein.
Anas bin Malik berkata:

"Aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih sayang kepada keluarganya daripada Rasulullah."
(HR. Muslim)

Islam ajarkan work-life balance bukan sekadar jargon modern, tapi tradisi hidup para nabi.


5️⃣ Keputusan Sulit

“Memilih antara buruk dan lebih buruk.”

Memecat karyawan, memotong anggaran, atau menunda mimpi orang lain—semua adalah bagian dari beban yang tak terlihat di balik meja kerja seorang pemimpin.

👉 Tidak semua keputusan akan membuat kita disukai, tapi harus tetap bertanggung jawab. Itu yang membuat seorang pemimpin sejati.

Pemimpin sering harus memilih antara dua hal buruk.
Inilah seni dan ujian berat dalam amanah.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:

"Seorang pemimpin yang adil adalah bayangan Allah di muka bumi."
(Miftah Dar as-Sa’adah, 2/177)

Beratnya keputusan adalah ladang pahala saat diiringi niat yang lurus dan keadilan.

💡 Kisah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah
Saat menjadi khalifah, beliau harus memecat gubernur-gubernur zalim dari keluarganya sendiri.
Meski berat, beliau berkata:

"Demi Allah, aku tidak akan mendahulukan kerabatku atas keadilan Allah."

Islam mengajarkan bahwa amanah di atas hubungan pribadi.


6️⃣ Kehilangan Jati Diri

“Ketika ‘pemimpin’ menjadi seluruh identitas.”

Kita lupa siapa kita tanpa jabatan. Kita takut dilupakan jika tak lagi punya posisi.

👉 Mulailah bertanya: Siapa saya jika semua ini hilang? Dan mulai bangun jawabannya hari ini, bukan nanti.

Ketika jabatan jadi identitas, kita lupa siapa diri ini tanpa status itu.
Padahal Allah berfirman:

"Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian."
(QS. Al-Hujurat: 13)

Jabatan hanyalah kendaraan sementara. Nilai diri kita bukan di titel, tapi di takwa dan amal shalih.

💡 Kisah Umar bin Khattab
Saat diangkat jadi khalifah, beliau berkata:

"Dulu aku hanyalah penggembala kambing di lembah Bani Makhzum."

Islam ajarkan pemimpin untuk selalu ingat asal-usul dan tetap rendah hati.


7️⃣ Burnout & Keletihan Jiwa

“Selalu ‘on’, meski hati kosong.”

📊 77% pemimpin merasa stres berat. Tertawa di luar, tetapi rapuh di dalam.

👉 Istirahat bukan kemunduran, tapi tanggung jawab. Pemulihan adalah bagian dari produktivitas.

Rasulullah ﷺ pun pernah mengalami saat fase-fase berat dakwah.

Tapi beliau bersabda:

"Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang."
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Tenangkan diri dengan zikir, shalat, dan bersandar total kepada Allah.
Karena sehebat apapun kita, tanpa pertolongan Allah, kita tak akan sanggup.

💡 Kisah Rasulullah ﷺ
Saat fase tersulit dakwah, setelah wafatnya Khadijah dan Abu Thalib, turun perintah shalat malam:

"Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit…"
(QS. Al-Muzzammil: 2)

Inilah terapi stres dari langit untuk jiwa-jiwa pemimpin.


🔖 Pesan Penutup: Kepemimpinan Bukan Bebas Bayangan

Pemimpin hebat bukan yang bebas dari bayang-bayang,
Tapi mereka yang tahu bagaimana berjalan bersama bayangan itu dengan berani.

✅ Bangun relasi bukan karena jabatan, tapi karena kejujuran.
✅ Istirahat bukan karena lelah, tapi karena bernilai.
✅ Ukur sukses bukan dari tepuk tangan, tapi dari ketenangan jiwa.

Seperti kata Hasan Al-Bashri rahimahullah:

"Dunia adalah tempat lelahnya orang mukmin dan surga adalah tempat istirahatnya."

Jangan lelah menjaga niat.
Jangan malu menerima kelemahan.
Jangan lupa kembali kepada Allah saat pundak terasa berat.


💬 Bagikan Perjuanganmu

Apa tantangan kepemimpinan yang pernah kamu alami, tapi jarang kamu bagi?
Tulis di kolom komentar.
Karena bisa jadi, kisahmu adalah penguat bagi orang lain yang diam-diam berjuang di tempat yang sama.

Sumber: https://www.linkedin.com/posts/malaymatalia_the-dark-side-of-leadership-ugcPost-7334538061457821697-SVy-?utm_source=share&utm_medium=member_desktop&rcm=ACoAAAjPHo8BLigEwxXx0ack6TGl7fBoMhqjjXs

0
Subscribe to my newsletter

Read articles from Ariska Hidayat directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.

Written by

Ariska Hidayat
Ariska Hidayat

I am an enthusiastic researcher and developer with a passion for using technology to innovate in business and education.