Dari Delapan Kali Ditolak Hingga Menghubungkan Dunia: Inspirasi dari Eric Yuan, Pendiri Zoom


“Gak semua penyelamat pakai jubah. Kadang… mereka datang sebagai engineer pendiam.”
Tahun 1997, seorang pria muda dari China bernama Eric Yuan bermimpi pindah ke Amerika untuk membangun teknologi komunikasi yang bisa digunakan seluruh dunia. Tapi kenyataan tidak memihak—visanya ditolak, bukan sekali, tapi delapan kali.
Selama dua tahun, dia menghadapi rasa malu, kegagalan, dan penolakan yang terus-menerus dari negara yang sangat ingin dia datangi. Tapi dia tidak menyerah. Visa ke-9 akhirnya disetujui.
Kerja Keras yang Tak Terlihat
Setibanya di Amerika, Eric bekerja di WebEx, perusahaan penyedia layanan video conference. Ia bekerja keras hingga naik jabatan, tapi ia tahu ada sesuatu yang salah: teknologinya tidak nyaman digunakan, tidak stabil, dan rumit.
Sebagai engineer, dia tahu bahwa komunikasi jarak jauh seharusnya lebih mudah. Maka muncullah idenya:
“Bagaimana kalau kita bikin video call yang super gampang? Cukup satu klik langsung masuk.”
Ide itu ditolak mentah-mentah oleh atasannya di Cisco.
“Gak usah. Pasarnya udah penuh.”
Eric tak patah arang. Ia keluar dari pekerjaannya, mengajak 40 engineer, dan mulai membangun startup dari nol.
Membangun Sesuatu yang Benar-Benar Dibutuhkan
Saat Eric memulai proyeknya, banyak investor menertawakan. “Ngapain bikin video call? Kan udah ada Skype, Google Meet, dll.” Tapi Eric tetap maju. Dia dan timnya membangun aplikasi yang:
Ringan
Stabil
Gampang dipakai oleh siapa pun: ibu-ibu, guru, bahkan anak SD
Gak ribet login-loginan
Nama aplikasinya? Zoom.
Momentum yang Tak Terduga: Pandemi 2020
Sempat berjalan pelan-pelan sejak rilis, Zoom belum jadi sorotan. Hingga Maret 2020—dunia dilanda pandemi COVID-19. Kantor tutup. Sekolah tutup. Segalanya dibatasi. Tapi manusia butuh tetap terhubung.
Dalam 3 bulan, pengguna Zoom naik dari 10 juta menjadi 300 juta.
Zoom bukan lagi sekadar aplikasi. Ia jadi urat nadi dunia.
Guru mengajar lewat Zoom
Keluarga saling melepas rindu lewat Zoom
Rapat kantor, pernikahan, bahkan pemakaman… semua via Zoom
Saham Zoom melonjak 600%, menjadikan Eric Yuan miliarder—tapi ia tetap kerja dari rumah, pakai hoodie, dan mendengarkan langsung feedback dari para pengguna.
Pelajaran Besar yang Bisa Kita Ambil
1. Kegigihan Adalah Kunci
Ditolak 8 kali? Kebanyakan orang sudah menyerah. Eric tidak. Ia tahu bahwa mimpi besar butuh kesabaran besar.
2. Inovasi Bukan Tentang Keren, Tapi Berguna
Eric tidak membuat hal yang revolusioner. Ia membuat hal yang lebih mudah dipakai. Itu yang dibutuhkan dunia.
3. Siapkan Fondasi Sebelum Saatnya Tiba
Zoom tidak dibuat karena pandemi. Zoom sudah siap jauh sebelum dunia membutuhkannya.
4. Kerendahan Hati Menjaga Relevansi
Eric tidak sibuk menikmati kekayaan. Ia terus bekerja, menyempurnakan produknya, dan mendengar kebutuhan pengguna.
Kesimpulan: Bangun dengan Sepi, Agar Bergema Saat Dibutuhkan
Kisah Eric Yuan bukan hanya tentang teknologi. Tapi tentang iman pada mimpi, konsistensi dalam membangun, dan keberanian bertindak saat tak ada yang percaya.
“Waktu semua orang bingung, kita semua pakai Zoom.”
Maka kalau kamu sedang membangun sesuatu—startup, karya seni, komunitas, pesantren, riset ilmiah, bahkan proyek sosial—dan merasa semua orang menertawakan atau mengabaikanmu, ingatlah:
Kamu tak butuh pengakuan hari ini.
Yang kamu butuh hanyalah terus berjalan… dan bersiap menyambut hari di mana dunia butuh yang kamu bangun.
Ditolak delapan kali bukan akhir cerita. Itu hanya bab awal dari perjalanan yang mengubah dunia.
Apa pun mimpimu hari ini, tetaplah bertahan. Siapa tahu, dunia sedang menunggu giliranmu.
Subscribe to my newsletter
Read articles from Ariska Hidayat directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.
Written by

Ariska Hidayat
Ariska Hidayat
I am an enthusiastic researcher and developer with a passion for using technology to innovate in business and education.