Masalah Itu Tidak Ada, Hanya Rencana Allah yang Lebih Baik

Ariska HidayatAriska Hidayat
4 min read

Dalam kehidupan, kita tak akan luput dari kejadian-kejadian yang tidak kita harapkan. Ada kegagalan, kehilangan, luka, dan penolakan. Semua itu sering kita labeli dengan satu kata: masalah. Namun benarkah itu masalah? Atau sebenarnya itu adalah bagian dari rencana Allah yang belum kita pahami?

Ungkapan ini hadir sebagai pengingat:

“Masalah itu tidak ada, yang ada adalah rencana Allah yang lebih baik. Maka berprasangka baiklah kepada Allah.”

Kalimat ini bukan sekadar penghibur. Ia adalah kunci ketenangan hidup. Sebab ketika kita mampu melihat setiap ujian sebagai bagian dari skenario Ilahi yang lebih besar, maka hati kita akan lebih kuat, langkah kita lebih ringan, dan pandangan kita lebih luas.


1. Ujian Adalah Undangan, Bukan Hukuman

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)

Ujian adalah bukti bahwa Allah tidak membiarkan kita diam di tempat. Ia sedang mendorong kita untuk naik kelas, meninggalkan zona nyaman, dan menguatkan jiwa. Layaknya seorang guru yang menguji muridnya karena percaya bahwa murid itu mampu tumbuh lebih jauh.


2. Ketika Rencana Kita Batal, Rencana Allah Sedang Dimulai

Banyak dari kita merasa kecewa ketika harapan tidak menjadi kenyataan. Kita lupa bahwa Allah tidak pernah salah tulis dalam skenario hidup kita.

Nabi Yusuf ‘alaihis salam pernah dijebloskan ke sumur dan penjara—dua tempat yang bagi manusia tampak sebagai masalah. Namun dari sanalah ia diangkat menjadi penguasa Mesir. Yang kita anggap musibah, bisa jadi itu jalan menuju kemuliaan.


3. Husnudzan: Iman yang Menguat di Tengah Gelap

Berprasangka baik kepada Allah (husnudzan) bukan berarti kita mengabaikan rasa sakit. Tapi kita meyakini bahwa ada hikmah besar di balik itu semua. Bahkan, doa-doa terbaik kadang dikabulkan Allah lewat jalan yang tak kita sangka.

Rasulullah ﷺ pernah dilempari batu hingga berdarah di Thaif. Namun beliau berkata dalam doanya:

“Selama Engkau tidak murka padaku, aku tidak peduli.”

Ini adalah puncak husnudzan: keyakinan bahwa Allah tetap menyayangi meskipun dunia terasa memusuhi.


4. Masalah Menjadi Makna Saat Kita Berserah

Betapa banyak orang yang setelah gagal justru menemukan jati diri. Betapa banyak yang setelah jatuh cinta pada dunia, lalu patah hati, justru kembali mencintai Rabb-nya.

Karena kadang, Allah tidak langsung mengabulkan apa yang kita minta, karena Ia ingin memberikan apa yang sebenarnya kita butuhkan. Dan yang paling kita butuhkan adalah Dia sendiri—tempat kembali yang tak pernah menolak.


5. Jangan Tanyakan “Kenapa”, Tapi “Untuk Apa”

Saat menghadapi cobaan, kita sering bertanya: “Kenapa aku, Ya Allah?” Tapi orang beriman bertanya: “Untuk apa Engkau mengujiku, ya Rabb?”

Dengan begitu, fokus kita bergeser dari keluhan menjadi pembelajaran. Kita jadi lebih bijak dalam menerima takdir, dan lebih tangguh dalam melangkah ke depan.


Penutup: Jangan Khawatir, Allah Sedang Menulis Cerita Terbaikmu

Percayalah, setiap air mata tidak pernah sia-sia. Setiap doa yang belum terkabul tidak pernah hilang. Dan setiap detik dalam hidup kita telah ditulis dengan cinta oleh Zat yang Maha Tahu segalanya.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)

Maka mulai hari ini, saat sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, katakanlah dalam hati:

“Ini bukan masalah. Ini hanya rencana Allah yang lebih baik.”

Baca Juga: Jalan Menuju Ketenangan Jiwa


Catatan Sumber: Artikel ini merupakan hasil pengembangan ide melalui proses tafakkur (perenungan) yang kemudian dikembangkan secara teknis oleh kecerdasan buatan (AI). Perlu dicatat bahwa:

  1. Sumber AI: Konten ini tidak memiliki sanad keilmuan (mata rantai otoritas keilmuan) yang tersambung kepada ulama atau pakar agama, karena sepenuhnya dihasilkan oleh algoritma AI berdasarkan data yang tersedia.

  2. Referensi Dalil:

  3. Disclaimer Keilmuan: Pembaca disarankan untuk melakukan verifikasi silang (tabayyun) dengan sumber primer (Al-Qur’an, hadis sahih, dan kitab ulama yang diakui) atau konsultasi langsung dengan ahli agama. AI tidak menggantikan otoritas keilmuan Islam yang bersanad.

"Artikel ini bersifat informatif awal, bukan fatwa atau kajian ilmiah yang komprehensif."

0
Subscribe to my newsletter

Read articles from Ariska Hidayat directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.

Written by

Ariska Hidayat
Ariska Hidayat

I am an enthusiastic researcher and developer with a passion for using technology to innovate in business and education.