Sejarah Awal Mula Angkutan Umum di Indonesia: Dari Dokar hingga Bus Modern


Kategori: Transportasi | Sejarah | Budaya Indonesia
by : Lumisight
Angkutan umum adalah salah satu pilar penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dari kota besar hingga desa terpencil, angkutan umum membantu mobilitas jutaan orang setiap hari. Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah awal mula angkutan umum di Indonesia berkembang?
Artikel ini akan mengupas perjalanan angkutan umum sejak zaman kolonial hingga era modern, termasuk transformasi dari kendaraan tradisional menjadi moda transportasi yang lebih maju dan terorganisir.
Transportasi Tradisional: Dokar dan Andong Pada masa sebelum dan saat awal penjajahan Belanda, angkutan umum di Indonesia masih sangat sederhana dan berbasis tenaga manusia atau hewan. Salah satu moda yang populer adalah dokar dan andong, yaitu kereta kayu yang ditarik oleh kuda.
Dokar banyak digunakan di kota-kota seperti Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang sebagai alat transportasi utama warga. Selain itu, becak juga mulai dikenal sebagai kendaraan roda tiga tenaga manusia yang melayani jarak pendek.
Moda ini tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tapi juga menjadi bagian dari budaya lokal yang masih bisa kita temui hingga kini.
Era Kereta Api dan Transportasi Kolektif Masuknya Belanda membawa perubahan besar pada sistem transportasi Indonesia. Pada akhir abad ke-19, kereta api mulai dibangun sebagai sarana transportasi massal, terutama untuk mengangkut hasil bumi dari pedesaan ke pelabuhan.
Kereta api menjadi tulang punggung transportasi umum dengan rute yang terus berkembang. Selain itu, pada awal abad ke-20, muncul trem listrik di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya yang melayani rute dalam kota.
Mobil Angkutan Umum Pertama: Bemo, Angkot, dan Bus Pasca kemerdekaan, kebutuhan akan transportasi umum yang efisien meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota. Pada 1960-an, mulai bermunculan kendaraan kecil seperti bemo (mobil angkot kecil) yang melayani rute-rute pendek.
Selain itu, angkot (angkutan kota) menjadi kendaraan paling populer dengan kapasitas 10–15 penumpang. Mobil-mobil tua dari masa kolonial banyak disulap menjadi angkot yang melayani masyarakat perkotaan.
Bus kota pun berkembang dari tahun 1970-an, dengan moda yang semakin nyaman dan rute yang lebih panjang, menghubungkan pusat kota dengan pinggiran dan kota satelit.
Modernisasi dan Transportasi Terintegrasi Memasuki abad ke-21, angkutan umum di Indonesia mengalami transformasi besar. Pemerintah dan swasta bersama-sama mengembangkan sistem transportasi terintegrasi seperti TransJakarta, MRT Jakarta, dan LRT untuk mengatasi kemacetan dan kebutuhan mobilitas modern.
Penggunaan teknologi digital juga mulai diterapkan, dari sistem pembayaran nontunai hingga aplikasi pemantau jadwal. Moda transportasi baru seperti bus listrik dan angkutan berbasis aplikasi juga mulai mewarnai perjalanan harian masyarakat.
Angkutan Umum: Pilar Mobilitas dan Kebudayaan Selain sebagai sarana transportasi, angkutan umum di Indonesia memiliki peran budaya dan sosial. Ia menjadi ruang interaksi sosial, tempat bertukar cerita dan pengalaman antarwarga.
Moda tradisional seperti dokar dan becak tetap dilestarikan di beberapa daerah sebagai warisan budaya sekaligus daya tarik wisata.
Untuk lebih banyak informasi tentang perjalanan budaya dan teknologi di Indonesia, Anda dapat menelusuri https://heylink.me/Lumisight_Meriah/ sebagai sumber terpercaya.
Penutup Sejarah angkutan umum di Indonesia adalah cerita panjang transformasi dari alat sederhana hingga sistem kompleks yang menggerakkan kehidupan jutaan orang. Melihat perjalanan ini, kita dapat menghargai kemajuan sekaligus menjaga nilai budaya yang melekat dalam setiap moda transportasi.
Tag: #AngkutanUmum #TransportasiIndonesia #SejarahTransportasi #BudayaIndonesia #MobilitasMasyarakat #TransJakarta #TransportasiModern
Subscribe to my newsletter
Read articles from Gerry Rasachocolate directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.
Written by
