Perkembangan Ibu Kota Indonesia: Dari Masa ke Masa Hingga Komentar Rakyat Kecil Hari Ini !!


Kategori: Sosial & Pemerintahan | Urban Development Penulis:
@Lumisight_Seven
Jakarta dan Identitas Sebuah Bangsa Ibu kota bukan sekadar pusat pemerintahan. Ia adalah simbol kekuasaan, pusat pengambilan keputusan, dan cermin kemajuan bangsa. Di Indonesia, Jakarta telah menjadi nadi utama sejak era kemerdekaan. Namun di balik gedung pencakar langit dan jalan protokol, ada rakyat kecil yang turut menyaksikan — bahkan menjadi bagian dari — evolusi panjang ibu kota dari masa ke masa.
🇮🇩 Era Soekarno: Visi Megah, Penuh Simbol Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, melihat Jakarta sebagai panggung politik dan budaya dunia. Dalam era 1950–1960-an, pembangunan mulai dipacu, meski infrastruktur belum sekuat sekarang.
Ciri khas era ini:
Pembangunan Monumen Nasional (Monas) sebagai simbol kejayaan.
Proyek besar seperti Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, dan jalan protokol.
Fokus pada arsitektur monumental dan estetika revolusioner.
“Dulu kami lihat Monas itu seperti menara mimpi. Tapi kami tetap jualan di kaki lima,” ujar Bu Lastri (74), warga asli Tanah Abang.
Era Soeharto: Ekspansi Ekonomi & Permukiman Urban Masuk ke era Orde Baru (1966–1998), di bawah Presiden Soeharto, Jakarta berubah menjadi pusat ekonomi dan birokrasi. Pembangunan difokuskan pada stabilitas dan kontrol.
Ciri khas era ini:
Jalan tol dalam kota pertama dibangun.
Pertumbuhan permukiman pinggiran (suburban) seperti Bekasi dan Depok.
Mulainya sentralisasi pemerintahan dan perizinan dari Jakarta.
Namun, terjadi juga ketimpangan. Permukiman kumuh makin tumbuh di sekitar bantaran sungai dan rel kereta.
“Kami sudah tinggal di sini sejak zaman Pak Harto. Tapi tetap saja, kami tidak pernah punya sertifikat tanah,” kata Pak Karim, warga bantaran Ciliwung.
Era Reformasi: Geliat Swasta dan Kesenjangan Pasca reformasi, presiden berganti-ganti, dan masing-masing membawa pendekatan berbeda terhadap ibu kota. Jakarta tetap menjadi pusat segalanya, namun perencanaan menjadi tidak terarah.
Era Presiden BJ Habibie, Gus Dur, hingga Megawati:
Fokus lebih banyak pada pemulihan ekonomi.
Infrastruktur jalan dan listrik masih jadi tantangan.
Pemerintah mulai membuka kerjasama swasta untuk pembangunan kota.
Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY):
Transportasi massal mulai ditekankan, termasuk gagasan MRT.
Proyek normalisasi sungai dan reklamasi pantai Jakarta.
“Banjir tetap datang tiap tahun. Normalisasi sungai kadang bikin rumah kami digusur,” keluh Bu Wati, warga Pluit.
Era Jokowi: Inovasi Infrastruktur dan Gagasan IKN Presiden Joko Widodo membawa dua gebrakan besar dalam hal ibu kota:
Modernisasi Jakarta:
MRT, LRT, integrasi transportasi massal.
Renovasi trotoar, taman kota, dan JIS (Jakarta International Stadium).
Percepatan proyek banjir dan pengolahan air limbah.
Pemindahan Ibu Kota ke IKN Nusantara (Kalimantan Timur):
Dilatarbelakangi beban Jakarta yang sudah terlalu berat (banjir, kemacetan, polusi).
IKN akan menjadi pusat pemerintahan baru, dengan konsep hijau dan teknologi tinggi.
“Saya bingung juga, Jakarta dibagusin tapi ibu kotanya mau pindah,” kata Pak Darto, tukang ojek di Kuningan. “Kalau kami mah, yang penting jalan nggak macet dan nggak banjir.”
Apa Kata Rakyat Kecil? Pembangunan ibu kota dari masa ke masa jelas terlihat megah dari sisi luar. Tapi bagaimana rakyat kecil menilainya?
🔹 Soal kemajuan infrastruktur:
“Ya bagus sih sekarang ada MRT. Tapi kan kami tetap jualan di trotoar,” – Bu Nur, pedagang kaki lima
🔹 Soal IKN Nusantara:
“Katanya ibu kota pindah, tapi harga-harga di Jakarta tetap naik,” – Pak Slamet, buruh angkut
🔹 Soal relokasi & banjir:
“Banjir kadang jadi alasan gusur warga. Kita disuruh pindah, tapi kompensasinya nggak jelas,” – Ibu Weni, warga Kampung Melayu
Antara Jakarta dan Nusantara: Dua Arah, Satu Tantangan Saat ini, Indonesia berada di persimpangan penting. Ibu kota secara administratif dan simbolik sedang dalam transisi. Jakarta tidak akan kehilangan status pentingnya secara ekonomi dan bisnis, namun pusat pemerintahan dipindahkan ke IKN.
Tantangannya:
Apakah pembangunan benar-benar berpihak pada semua kelas sosial?
Apakah IKN benar-benar akan mengurangi beban Jakarta?
Apakah rakyat kecil akan diikutsertakan dalam perencanaan?
📌 Baca Juga Artikel Relevan: https://heylink.me/Lumisight_Meriah
https://heylink.me/Meriahdeals
✨ Penutup: Masa Depan Ibu Kota, Harapan Rakyat Seiring waktu, ibu kota bukan hanya tentang lokasi. Ia tentang inklusivitas. Tentang siapa yang menikmati hasil pembangunan.
Apakah anak-anak penjual nasi uduk akan bisa sekolah dengan baik? Apakah tukang parkir bisa hidup layak di kota yang semakin mahal? Apakah pembangunan akan menyentuh mereka yang tidak pernah masuk TV?
Saat Jakarta bersiap menyerahkan tongkat estafet ke IKN, satu hal yang harus tetap dijaga: keadilan sosial dalam pembangunan.
Karena kota bukan hanya dibangun oleh para pemimpin — ia dibentuk oleh semua warganya.
🏷️ Tags / Hashtags: #Jakarta #PerkembanganIbuKota #IKN #Jokowi #SejarahPemerintahan #KisahRakyatKecil #PembangunanIndonesia #UrbanStory #HashnodeID #LumisightSeven
Subscribe to my newsletter
Read articles from LIVE DRAW NIH BOSS directly inside your inbox. Subscribe to the newsletter, and don't miss out.
Written by
